Tak sempat lagi kubayangkan ketika desa-desa tersulap
menjadi perkotaan yang metropolitan , Perumahan kumuh di kota-kota berbaris
resah tak membentuk pemukiman yang sehat, belum lagi limbahnya beranak pinang
dari satu pembuangan ke pembuangan yang lainnya. Pembangunan yang semakin hari
semakin tak terhitung jari menjadi keresahan dimasa yang akan datang.
(Dokumentasi Ta'bi Foto di Wisata Lacolla Maros)
Bahkan
gedung yang sudah layak pakai mala direnovasi melebihi kondisi,mirisnya lagi
pohon-pohon tempat bermain para ekosistem dilenyapkan hanya untuk nagfsu
institusi, tak memandang situasi hanya bertindak dengan mengikuti perputaran
yang didasarkan oleh substansi.Tak sempat kubayangkan lagi ketika didesa tempat
gunung dan pepohonan hidup lestari suatu saat nanti hilang dan rata dengan
tanah karena di imitasi, hanya untuk membangun rumah-rumah tempat hidup
manusia-manusia yang bertambah setiap hari. Air segar mungkin tak lagi jernih
dan tercemar, berbau serta butuh uluran tangan untuk melakukan pembersihan
dengan melihat sanitasi.
Tak pernahkah kita
semua bayangkan akan proses regenerasi , semakin hari terperbaharui?
Pertumbuhan penduduk yang tak sesuai dengan angka kematian
membuat kepadatan penduduk semakin bertambah, kelahiran dan angka kematian tak
boleh dilepaskan dari permasalahan karena sangat berpengaruh besar, terbatasnya
ruang yang ada dimuka bumi menjadi
tantangan bersama untuk mempunyai perhitungan dasar dalam melakukan
proses regenerasi, munculnya beberapa solusi menjadi titik terang, untuk
bernafas sejenak agar berpikir solusi yang lebih praktis dan tidak memakan
situasi.
Indonesia menjadi negara yang memiliki jumlah penduduk Ke
tiga terbesar dunia setelah RRC dan AS, dalam hal ini pemerintah memiliki
solusi yang mampu menanggulangi pertumbuhan penduduk yang pesat dan semakin
sesak , serta hanya berujung pada kesenjangan sosial,pengangguran,dan
kemiskinan. Pemerintah Indonesia memberika solusi, untuk setiap keluarga hanya
diharuskan memiliki 2 anak, dengan tujuan untuk mengurangi pertumbuhan penduduk
indonesia yang semakin hari tidak stabil dengan kondisi sosial yang ada di
indonesia
Melihat solusi ini , nampaknya terlalu susah untuk dilakukan
, banyak kalangan dan instusi yang tidak setuju membuat solusi ini hanya wacana
belaka karena dianggap sebagai pembatasan hak dalam melangsungkan proses
keturunan.
Masih adakah Cinta
ketika suatu saat nanti bumi semakin Sesak ?
Tak bisa kita pungkiri kelangsungan hidup manusia suatu saat
nanti, kondisi geologi yang berubah drastis dari kehidupan dengan semangit
berapi-api menjadi semangat yang mudah,cepat dan praktis. Kita pasti sudah
rasakan , sesak ketika kita berada dikota metropolitan , tak pernahkan kita
bayangkan bahwa sesak itu akan berkahir atau akan bertambah, kepadatan penduduk
dan situasi yang tak memiliki celah untuk bergerak , membuat logika kita untuk
berpikir akan ada pembahuruan agar
terjadi pemerataan penduduk metropolitan menuju kota-kota yang tak berpenghuni.
Lalu, sampaikan kapan kah ini akan berkahir, pembodohan yang semakin hari semakin kita rasakan seakan menjebak tak memberi cahaya untuk keluar dan
memaksa bersangkar didalamnya, apakah kita masih dapat menaruh cinta kepada
alam dan seisinya: ketika asap-asap
bertebaran dimana-mana, banjir dan longsor sehari-hari adalah langganan, muntah
merapi seakan menjadi suapan ataupun santapan, tsunami satu pekan akan terjadi,
gempa setiap tiga pulih menit kembali merubah kondisi, ataukah cinta yang
semakin hari akan membunuh kami dan bumi?
Apakah Ada Ruang
Hampa untuk bersuara?
Dihari-hari yang cerah , mobil dari alat-alat berat mulai
bergerak, memagari batas-batas situasi namun tak pernah berpikir untuk melihat
disuatu saat nanti, gedung-gedung pencakar langit semakin tinggi tak terlihat
oleh mata kami. Pohon-pohon dan hutan yang rindang disabotase hanya untuk
memerdekakan perumahan dan gedung-gedung karya institusi, lucunya hutan itu
diberi janji, mendapat tempat yang sangat lestari, yakni hutan kota sang
penyelamat bumi.
Suatu saat nanti,
kendati bumiku yang kini hanya meratapi kondisi, adakah tempat untuk kami
berbasa basi menyebut pentingnya bumi tanpa imitasi?
Apakah ada tempat
untuk kami, bersua dan minum kopi, walau sedikit pahit tapi kami menikmati
dengan hati?
Apakah ada jawaban
untuk generasi dibelakng kami, untuk menjawab pertanyaan “ kemanakah bumi
lestari buat kami” ?
Berusaha mencintai bumi dengan kasih sayang untuk masa depan
generasi, sisahkan ruang untuk mereka bersuara dan bercerita untuk generasi
selanjutnya, agar sejarah dari cerita yang berepisode akan berlanjut hingga
pungujung hayat.
“Tak ada jawaban yang pasti,
waktu semakin hari hanya melahirkan deretan kisah dan cerita,
Berusaha tanpa pamrih,
dan menjadi anak negeri
mencintai bumi adalah tujuan yang pasti.”
waktu semakin hari hanya melahirkan deretan kisah dan cerita,
Berusaha tanpa pamrih,
dan menjadi anak negeri
mencintai bumi adalah tujuan yang pasti.”
SELAMAT HARI BUMI
Penulis : Ahmad Takbir Abadi (PELOPOR PENATAAN RUANG dan PEMUKIMAN
PENDUDUK PROVINSI SULAWESU SELATAN )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar