Sket Pencil
Mata meminang dekapan persaudaraan, dalam minuman dan
kebaikan yang meminjam segar dari kuasaNya, marilah kawan tunggu aku dan
jemputlah pertemananku.Aku tahu dunia pertemanan tidak erat dengan tukar
menukar antar keinginan tapi dengan keihklasan, kawanku bisakah kita memulai
berjuta kata yang akan terlupakan ketika kita besar nanti?
Kota tua dengan segudang sejarah dalam cerita, memuat lampau
yang nestapa dan senyuman indah. Marilah kita duduk dengan paragraf baru kawan ,
walau titik sudah menutup cerita kota tua itu. Apakah sekedar titik dan cerita
lama mampu mengakhiri sebuah kisah yang tak beranak pinang dan menolak
mencintai ujung yang pada akhir akan
tenggelam karena waktu. Dalam era itu kaki lima dan segelintir gorengan jajakan
menjadi saksi adanya pertemuan yang menghasilkan tawa, kursi dari kayu dan meja
dari bambu satu dari sekian banyak sentuhan yang menjadi saksi sejarah. Dalam
kerlap kerlip malam walau kunang menjadi sinar dan flamboyan adalah harapannya,
bukan tidak mungkin cahaya kebaikan menghampiri dan menjemput menjadi cerita
yang indah pada akhirnya.
Pada daun yang telah menghamba dari waktu, merubahnya
menjadi kuning hingga kering , jatuh dan dilenyap angin. Dia tak bisa menjadi
saksi sejarah akan perjalanan dan diksi melelui cerita yang kental dengan tawa
yang melekat namun tak sedikit rintangan yang menerjang. Pada angin, hanya
menghasilkan suasana dingin walau hembusan tak kenal situasi hanya bergerak
mengikuti siklus iklim ini. Angin dan daun hanya segilintar dari jutaan saksi
bisu yang menjadi sejarah .
Kawanku, bolehkah kita duduk satu meja dan kursi dibarengi
lentunan musik klasik tambah kopi panas yang serba serbi rasa sehingga kopi
hitam tingggal cerita. Aroma dulu mungkin tak senikmat aroma sekarang, suasana
lampau dan angin malam yang begitu bersahabat selalu memeluk hingga terlalu
banyak diksi dan bait yang terlupakan.
Kawanku, mungkin Gorengan yang dulu berupa pisang dan ubi
ditambah balutan saus hasil karya sentuhan batu untuk menumbuk lombok terasa
nikmat, ditambah suguhan sarabba dan kopi hitam menggoyahkan bibir dan
menghangatkan lambung. Belum lagi, layar lebar dekat pos ronda memperlihatkan
tontonan yang menarik, walau warna hitam putih paling tidak suara dan sentuhan
hatinya masih menyentuh para pujangga remaja muda.
Kawanku, jika waktu itu kursi dari bambu tak lapuk, mungkin
tak akan tergantikan dengan sofa yang menyajikan rasa empuk pada pinggul. Bambu
yang penuh filosofi baik sebagai alat perang,alat santai bahkan alat untuk
membuat gubuk dan rumah ditengah desa.
Kawanku, sejenak mari lihat masa kecil kita, ketika
perumahan hanya disekitar metropolitan dan kota-kota besar,; sekarang terjung
deras menyapu rata pemukiman, bukankau kah kau tau? Ketika kita bermain riang
diladang,pemandangan pohon pisang dan batang rambutan menjadi pijakan antara
ranting dengan ranting lainnya, kalau buah mulai matang, tangan nakal kita memitik dan menikmati lewat mulut lalu ke
purut, sungguh asik bukan?
Kawanku,sekali lagi kemarilah kita bersua dengan cara kita
sendiri, tidak dengan miras dan ganja segar tapi dengan diksi dan deretan
kalimat dengan kopi yang serba-serbi rasa untuk masa kita. Walau kursi dibaluti
dengan sofa lalu kakinya kayu dan menepak riang dengan kemewahan , jangan ragu
kita harus tetap duduk walau sedikit congkak dengan keadaan zaman. Kawan mari
hirup aroma kuliner dan santap malam para pujangga kekinian walau pamer harga
diri kita harus tetap menerima itu.
Kawan, hari ini selalu ada saja yang berbeda dengan suasana
dan masa depan, kalian pasti tahu tentang masa lalu yang melahirkaan perubahan
suasana, bahkan kalain sudah menafsirkan zamanlah yang berperang besar dalam
tenggelamnya kota tua ini.
Wild West AC (Vie Casino) 1xbet korean 1xbet korean クイーンカジノ クイーンカジノ 5175Hard Rock Ac Hotel Rooms & Suites - Las Vegas
BalasHapus